LAPORAN METROLOGI
Laporan
ini disusun guna memenuhi Mata Kuliah Metrologi Industri
Dosen
Pengampu : Drs. Karsono, M.Pd.
Disusun
Oleh :
1.
Bagus
Budiyanto 5211312019
2.
Ahmad
Habibullah 5211312021
3.
Nofen
Nur Rizal 5211312025
4.
Fajar
Bayu P 5211312027
TEKNIK MESIN D3
FAKULTAS TEKNIK
UNNES
2013
DAFTAR ISI
BAB 1. Pengukuran Menggunakan Micrometer
A. Tujuan
Praktikum
B. Dasar
Teori Kerja
C. Langkah
Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D. Hasil
Pengamatan
E. Simpulan
F. Saran
BAB 2. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
A. Tujuan
Praktikum
B. Dasar
Teori Kerja
C. Langkah
Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D. Hasil
Pengamatan
E. Simpulan
F. Saran
BAB 3. Pengukuran Menggunakan Multimeter
A. Tujuan
Praktikum
B. Dasar
Teori Kerja
C. Langkah
Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D. Hasil
Pengamatan
E. Simpulan
F. Saran
BAB 4. Pengukuran Menggunakan Bore Gauge
A. Tujuan
Praktikum
B. Dasar
Teori Kerja
C. Langkah
Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D. Hasil
Pengamatan
E. Simpulan
F. Saran
BAB 5. Pengukuran Menggunakan Busur Baja dan Busur
Bilah
A. Tujuan
Praktikum
B. Dasar
Teori Kerja
C. Langkah
Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D. Hasil
Pengamatan
E. Simpulan
F. Saran
BAB
1
MICROMETER
A.
Tujuan
Praktikum
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan konstruksi alat ukur micrometer
2. Mahasiswa
mampu membaca skala alat ukur micrometer
3. Mahasiswa
mampu menggunakan alat ukur micrometer
4. Mahasiswa
mampu memelihara alat ukur micrometer
B.
Alat
dan Bahan
1. Mikrometer
2.
C.
Landasan
Teori
MICROMETER
(Outside Diameter Micrometer)
Micrometer adalah alat ukur yang
mirip dengan vernier caliper, tetapi jika kita menggunakan vernier caliper
tingkat keakuratan yang didapat adalah 0,05 mm, sedangkan dengan menggunakan
micrometer kita dapat lebih akurat dan presisi dengan tingkat keakuratan 0,01
mm. Jadi micrometer ini sangat berguna untuk pekerjaan yang membutuhkan tingkat
kepresisian yang sangat teliti.
APLIKASI MICROMETER.
Aplikasi micrometer (OD) dalam
pengukuran sebuah part tidak selengkap vernier caliper, micro meter paling
banyak hanya untuk mengukur outside diameter dan panjang atau tebal dari suatu part.
CARA PEMBACAAN SKALA MICROMETER
Dalam sebuah micrometer terdapat dua
skala, skala utama terletak pada sleeve dengan jarak skala setiap 1 stripnya
adalah 1 mm, dan skala kedua terdapat thimble sebanyak 50 strip, bila diputar
dari angka 0 sampai ke angka 50 (1 putaran thimble) akan bergerak sejauh 0,5
mm. Sehingga 1 strip skala thimble adalah 0,5 mm : 50 yaitu 0,01 mm. Thimble
dapat berputar mengitari sleeve untuk menentukan panjang dari benda yang
diukur. Pada saat thimble berputar akan mengatur jarak panjang skala yang
ditunjukan oleh sleeve.
Untuk mendapatkan hasil ukur yang
tepat, pembacaan skala yang tepat akan menjadi sebuah kritikal point dalam
pemakaian micrometer.
cara penggunaan dari micrometer
tersebut. Berikut tahapannya :
1.
Penyesuaian nol
Sebelum menggunakan mikrometer,
periksa untuk memastikan bahwa ujung nol disejajarkan dengan benar.
2. Pemeriksaan
Pada mikrometer berukuran 50~75mm seperti terlihat pada
gambar, letakkan pengukur standar 50mm pada pembukaan, dan biarkan racher
stopper untuk bergerak secara bebas sebanyak 2 sampai 3 putaran. Kemudian,
periksa bahwa garis dasar pada thimbel dan garis ujung nol pada dengan garis
outer sleeve sejajar.
3. Penyetelan
·
Bila kesalahan kurang dari 0.02 mm
Kuncilah Spindle dengan lock clamp untuk mengamankan
Spindle. Kemudian dengan memakai penyetel putarlah outer sleeve sampai tanda
“O” thimble lurus dengan garis dengan garis outer sleeve. periksa kembali titik
“O” untuk meyakinkan bahwa micrometer telah dikalibrasi dengan benar
·
Bila kesalahan lebih dari 0.02 mm
Kuncilah Spindle dengan lock clamp untuk mengamankan
Spindle. Kendorkan Stopper sampai thimble bebas, Luruskan tanda nol thimble
dengan garis outer sleeve dan kencangkan kembali racher stopper, periksa
kembali titik “O” untuk meyakinkan bahwa micrometer telah dikalibrasi dengan
benar.
Berikan landasan pada item yang akan diukur, dan putar
Thimbel sampai Spindle menyentuh item dengan lembut.
Setelah Spindle menyentuh dengan lembut item yang hendak
diukur, putar racher stopper beberapa kali dan baca pengukuran.
Racher Stopper menyatukan tekanan yang diberikan oleh spindle,
sehingga saat tekanan ini melampaui tingkat spesifikasi, maka tekanan akan
berhenti.
Contoh
pembacaan skala micrometer
Skala
pada Outer Sleeve (Atas) = 55,00 mm
Kenaikan
/ Skala pada Outer Sleeve (bawah) = 0,5 mm
Skala
Thimble = 0,45 mm
Hasil pengukuran 55+0,5+0,45 = 55,95 mm
PERHATIAN:
Mikrometer
harus dipasang pada stand saat mengukur part-part kecil.
Cari
posisi dimana diameter yang benar dapat diukur, dengan cara menggerakkan
mikrometer.
D.
Langkah
Kerja
1. Siapkan
alat ukur, benda kerja yang akan diukur, dan perlengkapan lainnya (kain lap,
oli).
2. Sebelum
digunakan, bersihkan dahulu alat ukur dan benda kerja dari kotoran dengan kain
yang bersih agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
3. Lakukan
kalibrasi micrometer terlebih dahulu sebelum mengukur agar mendapatkan hasil
yang akurat (langkah-langkah dapat dilihat padasub bab “Outside
micrometer-Pemeriksaan dan Kalibrasi micrometer).
4. Lakukan
pengukuran sesuai dengan posisi pengukuran benda kerja yang telah ditentukan.
E.
Hasil
Pengamatan
Gambar benda kerja
Tabel hasil pengukuran
No
|
Bagus
|
Habib
|
Nofen
|
Fajar
|
Analisa data
|
||||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
||
1
|
29, 73
|
29,73
|
29,73
|
29, 73
|
29, 73
|
29, 73
|
29, 73
|
29, 73
|
0,0
|
2
|
44,98
|
44,99
|
44,95
|
44,95
|
44,95
|
44,97
|
44,98
|
44,95
|
0,04
|
3
|
60,07
|
60,12
|
60,06
|
60,06
|
60,06
|
60,06
|
60,07
|
60,07
|
0,06
|
4
|
72,85
|
73,03
|
72,86
|
72,86
|
72,84
|
72,84
|
72,84
|
72,85
|
0,03
|
F.
Simpulan
Dari
tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa benda kurang simetris
G.
Saran
Perlu
dilakukan pembubutan ulang, dan harus
teliti dalam melakukan pembuatan benda kerja
BAB
2
JANGKA
SORONG
A.
Tujuan
Praktikum
1.
Mahasiswa mampu
menjelaskan konstruksi alat ukur jangka sorong
2.
Mahasiswa mampu membaca
skala alat ukur jangka sorong
3.
Mahasiswa mampu
menggunakan alat ukur jangka sorong
4.
Mahasiswa mampu
memelihara alat ukur jangka sorong
B.
Alat
dan Bahan
1. Jangka
sorong
2.
C.
Landasan
Teori
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter.
Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil
pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi
analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah
30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
Kegunaan
jangka sorong adalah:
·
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara
diapit;
·
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa
lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
·
untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda
dengan cara "menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur
tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
Cara
Mengukur Menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper) - Jangka sorong (Vernier Caliper) adalah
instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda bagian
dalam dan luar, ditinjau dari cara pembacaannya vernier caliper dapat di bagi dua, yaitu vernier caliper manual, dan digital.
Pengukuran menggunakan vernier
caliper manual lebih sulit bila dibandingkan dengan yang digital,
karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh pengguna, sedangkan
hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada
layar LCD. Versi manual
memiliki dua skala imperial (skala
dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter). Vernier manual masih bisa dibeli
dan tetap populer karena jauh lebih murah daripada versi digital. Juga, versi digital membutuhkan baterai
kecil sedangkan versi manual tidak membutuhkan sumber listrik.
Bagian
utama vernier caliper manual
Nama
Bagian Dan Fungsi Jangka Sorong (Vernier Caliper)
1.
Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian
yang berfungsi untuk mengukur dimensi bagian dalam.
2.
External Jaws (rahang luar) adalah : bagian
yang berfungsi untuk mengukur dimensi luar.
3.
Locking Screw (baut pengunci) : bagian yang
berfungsi untuk pengunci rahang.
4.
Imperial Scale adalah : Skala dalam satuan
inci.
5.
Metric Scale adalah : Skala dalam satuan milimeter.
6.
Depth Measuring Blade adalah : Batang pengukur
kedalaman.
Menentukan
Ketelitian Jangka Sorong Manual
A. Jangka
Sorong dengan Ketelitian o,o2 mm
Jangka
Sorong dengan Ketelitian 0,02
·
Pada gambar di atas terbaca 49 Skala Utama = 50 Skala Nonius
·
Besarnya 1 skala
nonius = 1/50 x 49 Skala Utama = 0,98 Skala Utama
·
Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 1 –
0,98 = 0,02 mm
·
Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala
utama dibagi jumlah skala nonius = 1/50 = 0,02 mm
B. Jangka Sorong
dengan Ketelitian o,o5 mm
Jangka
Sorong dengan Ketelitian 0,05
1.
Dari gambar di atas 39 Skala Utama = 20 Skala
Nonius
2.
Jadi besarnya 1 skala
nonius = 1/20 x 39 Skala
Utama = 1,95 Skala
Utama
3.
Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 2
– 1,95 = 0,05 mm
4.
Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian
Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm
Cara
Menghitung Dan Membaca Jangka Sorong
1.
Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama, pada gambar di atas
divisi 0 skala nonius terletak
antara divisi 13 mm dengan 14 mm, maka pembacaannya adalah 13 mm.
2.
Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan
divisi skala utama, pada
gambar di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala utama..
3.
Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 13 + 21 x 0,02
(ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm.
1.
Divisi 0 skala
nonius terletak antara divisi 19 mm dengan 20 mm, maka pembacaannya
adalah 19 mm.
2.
Divisi 32 skala
nonius segaris dengan divisi skala utama.
3.
Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 19 + 32 x 0,02 =
19,64 mm
D.
Langkah
Kerja
a. Mengukur
diameter luar
1. Menggeser
rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk
diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
2. Meletakkan
benda yang akan diukur diantara kedua rahang
3. Menggeser
rahang ke kiri sedemikian rupa sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang
4. Mencatat
hasil pengukuran
b. Mengukur
diameter dalam
1. Geserlah
rahang geser jangka sorong sedikit kekanan
2. Letakkan
benda yang akan diukur sedimikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke
dalam benda tersebut
3. Geserlah
rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh
kedua dinding dalam benda yang diukur
4.
Catatlah hasil
pengukuran
c. Mengukur
kedalaman
1.
Letakan tabung yang
akan diukur dalam posisi berdiri tegak
2.
Putar jangka sorong
(posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang
akan diukur kedalamnya
3.
Geserlah rahang geser
kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung
4.
Catatlah hasil
pengukuran
E.
Hasil
Pengamatan
Gambar benda kerja
Tabel
hasil pengukuran
No
|
Bagus
|
Habib
|
Nofen
|
Fajar
|
Analisa data
|
||||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
||
1
|
14,30
|
14,40
|
14,35
|
14,40
|
14,30
|
14,40
|
14,35
|
14,40
|
0,10
|
2
|
19,00
|
19,02
|
19,00
|
19,04
|
19,03
|
19,04
|
19,00
|
19,03
|
0,04
|
3
|
36,65
|
36,70
|
36,65
|
36,75
|
36,65
|
36,70
|
36,65
|
36,75
|
0,05
|
4
|
24,75
|
24,80
|
24,75
|
24,78
|
24,74
|
24,80
|
24,75
|
24,80
|
0,06
|
F.
Simpulan
Dari
tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa benda kurang simetris
G.
Saran
Perlu
dilakukan pembubutan ulang, dan harus
teliti dalam melakukan pembuatan benda kerja
BAB
3
MULTIMETER
A.
Tujuan
Praktikum
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan konstruksi alat ukur multimeter
2. Mahasiswa
mampu membaca skala alat ukur multimeter
3. Mahasiswa
mampu menggunakan alat ukur multimeter
4. Mahasiswa
mampu memelihara alat ukur multimeter
B.
Alat
dan Bahan
1.
Multimeter
2.
Baterai
3.
Bolam
4.
Kabel
C.
Landasan
Teori
Multitester
adalah alat untuk mengetes kelistrikan. Multitester merupakan gabungan dari Amperemeter,
Voltmeter dan Ohmmeter. Fungsi multitester adalah untuk mengukur kuat arus (V),
tegangan (I), dan hambatan (Ω). Mutitester juga dapat digunakan untuk memeriksa
hubungan kelistrikan dari suatu komponen.
Konstruksi
- Skala (scale) adalah garis yang mempunyai satuan ukur yaitu : scala W, DCV/ACV dan DCA yang berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
- Jarum penunjuk meter (Pointer), berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.
- Pointer calibration screw/Zero posision adjuster screw (sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk) adalah baut kalibrasi voltmeter dan amperemeter yang berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
- Æ W Adjuster knob / ohm calibration knob / zero ohm adjust knob adalah tombol kalibrasi ohmmeter yang berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol.
5. Range Selector (saklar pemilih), berfungsi untuk memilih
posisi pengukuran dan batas ukurannya. AVO meter biasanya terdiri dari empat
posisi pengukuran, yaitu :
a) Posisi W (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang
terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan KW.
b) Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai
voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c) Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d) Posisi DCmA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi
sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan
500.
e) Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter
yang satu dengan yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
6. Positive terminal DCA adalah terminal positif untuk
pengukuran DC amper.
7. Test lead adalah tangkai kabel pengujian yang mempunyai
warna merah untuk terminal (+) dan hitam untuk terminal (-).
8. Lubang kutub + (V A W Terminal),
berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub (+) yang berwarna
merah.
9. Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat
masuknya test lead kutub (-) yang berwarna hitam.
Kaibrasi
1. Menyetel tanda nol (0) skala pengukuran ampere (A) dan volt (V)
a. Selektor
diposisikan pada range ACV, DCV, ataupun CmA.
b. Sebelum multitester digunakan untuk mengukur arus (A) dan
tegangan (V) pastikan jarum petunjuk ada dibagian garis ujung sebelah kiri pada
skala.
c.
Apabila tidak, putarkan skrup penyetel jarum penunjuk
dengan sebuah obeng sampai jarum penunjuk tersebut berada tepat pada garis
ujung sebelah kiri.
Gambar . Penyetelan nol skala A
dan V
2) Menyetel tanda nol (0) pada skala Ohm (Ω)
a) Saklar pemilih (selektor) diputar pada posisi
Ohm (Ω).
b) Test lead warna
merah (+) dihubungkan ke test lead warna hitam (–)
a) Tombol pengatur kedudukan “0” Ω diputar ke kiri atau ke
kanan sehingga menunjuk pada kedudukan “0” Ω.
Gambar. Penyetelan nol (“0”) skala Ω
Penggunaan multimeter
1) Pengukuran tahanan (Ω)
Penggunaan
multitester dalam mengukur tahanan listrik berfungsi untuk mengetahui nilai
tahanan, kontinuitas rangkaian, rangkaian terbuka atau putus, hubungan jelek,
dan hubungan singkat.
Cara penggunaan:
a) Hidupkan multitester dengan memutar selector keposisi
range X1Ω.
Gambar . Range
selektor X1
b) Lakukan kalibrasi dengan menghubungkan kedua kabel ukur
dan memutar tombol kalibrasi.
c) Pastikan komponen/rangkaian listrik yang akan diukur
sudah tidak terdapat aliran arus listrik dan konektor ke rangkaian lain telah
dilepas.
d) Pilih batas ukur yang sesuai, untuk pemeriksaan hubungan
kabel dan kontinuitas atur pada skala à X1Ώ. Batas ukur
pengukuran tahanan listrik menggunakan multitester dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel. Batas
ukur pengukuran tahanan (Ω)
Range
|
Tingkat tahanan yang dapat diukur (Ω)
|
X1
|
0 ~ 1K
|
X10
|
0 ~ 10 K
|
X100
|
0 ~ 100K
|
X1 K
|
0 ~ tak terhingga
|
Keterangan: nilai K = 1000
e)
Ulangi kalibrasi
setiap mengubah selektor.
f)
Lakukan pengukuran
dengan hubungan paralel.
g)
Baca hasil
pengukuran dengan rumus = Nilai skala garis X bilangan selektor
Ketentuan pembacaan hasil pengukuran:
Ø Baca nilai yang ditunjukan jarum langsung apabila pada
range X1
Ø Kalikan hasil penunjukan jarum dengan 10 bila padarange
X10
Ø Kalikan hasil penunjukan jarum dengan 100 bila pada range
X100
Ø Kalikan hasil penunjukan jarum dengan 1000 bila pada
range X1K
2) Pengukuran tegangan (V)
I. Cara pengukuran tegangan DC adalah sebagai berikut:
a) Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke
terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
b) Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC) dengan
pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
c) Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan
listrik yang akan diukur. Batas ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Batas ukur multimeter skala volt (V)
Range
|
Voltage
yang dapat diukur (V)
|
2.5
|
0 ~ 2.5
|
10
|
2.5 ~ 10
|
25
|
10 ~ 25
|
50
|
25 ~ 50
|
500
|
50 ~ 500
|
d) Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan
kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
e) Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel
pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel
pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk
adalah hubungan paralel.
Gambar.
Hubungan paralel pengukuran tegangan
f) Baca hasil pengukuran tegangan pada skala DC
Ketentuan pembacaan
skala pengukuran adalah sebagai berikut:
Ø 50 : nilainya (value) dibaca bila selektor disetel pada
50, hasilnya dikalikan 10 bila selektor disetel pada 500.
Ø 25 : nilainya (value) dibaca bila selektor disetel pada
25, hasilnya dibagi 10 bila selektor disetel pada 2,5.
Ø 10 : nilainya dibaca sesuai dengan penunjukan bila
selektor disetel pada 10
Gambar .
Ketentuan pembacaan skala DC
I. Cara pengukuran tegangan AC adalah sebagai berikut:
a) Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke
terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
b) Posisikan selektor pada salah satu daerah ACV (VAC)
dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
c) Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan
listrik yang akan diukur. Batas ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Batas
ukur multimeter
skala volt (V)
Range
|
Voltage
yang dapat diukur (V)
|
10
|
0 ~ 10
|
25
|
10 ~ 25
|
250
|
25 ~ 250
|
1000
|
250 ~ 100
|
Range
|
Voltage
yang dapat diukur (V)
|
d) Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan
kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
e) Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel
pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel pengetes
warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk adalah
hubungan paralel.
Gambar.
Hubungan paralel pengukuran tegangan AC
f)
Baca hasil
pengukuran tegangan pada skala AC
Ketentuan pembacaan
skala pengukuran adalah sebagai berikut:
Ø 25 : nilainya dibaca apabila selektor disetel pada 25,
hasilnya dikalikan 10 apabila selektor disetel pada 250.
Ø 10 : nilainya dibaca apabila selektor disetel pada
10,hasilnya dikalikan 100 apabila selektor disetel pada 1000.
Gambar . Ketentuan pembacaan skala AC
D.
Langkah
Kerja
1) Pengukuran tahanan (Ω)
3. Hidupkan multitester dengan memutar selector keposisi
range X1Ω.
Gambar . Range
selektor X1
4. Lakukan kalibrasi dengan menghubungkan kedua kabel ukur
dan memutar tombol kalibrasi.
5. Pastikan komponen/rangkaian listrik yang akan diukur
sudah tidak terdapat aliran arus listrik dan konektor ke rangkaian lain telah
dilepas.
6. Pilih batas ukur yang sesuai, untuk pemeriksaan hubungan
kabel dan kontinuitas atur pada skala à X1Ώ.
2) Pengukuran
tegangan (V)
I. Cara pengukuran tegangan DC adalah sebagai berikut:
1. Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke
terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
2. Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC)
dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
3. Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan
listrik yang akan diukur.
4. Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan
kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
5. Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel
pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel
pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk
adalah hubungan paralel.
Gambar.
Hubungan paralel pengukuran tegangan
6. Baca hasil pengukuran tegangan pada skala DC
II.Cara pengukuran tegangan AC adalah sebagai berikut:
1. Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke
terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
2. Posisikan selektor pada salah satu daerah ACV (VAC)
dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
3. Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan
listrik yang akan diukur.
4. Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan
kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
5. Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel
pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel
pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk
adalah hubungan paralel.
Gambar. Hubungan paralel pengukuran tegangan AC
6. Baca hasil pengukuran tegangan pada skala AC.
E.
Hasil
Pengamatan
Gambar benda kerja
Tabel hasil pengamatan
Nama
|
Kontinuitas
|
Tegangan (v)
|
Arus (mA)
|
Tahanan (Ω)
|
Analisa
|
Bagus
|
Tersambung
|
1,5
|
190
|
7
|
|
Habib
|
Tersambung
|
1,5
|
190
|
7
|
|
Nofen
|
Tersambung
|
1,5
|
190
|
7
|
|
Fajar
|
Tersambung
|
1,5
|
190
|
7
|
|
F.
Simpulan
G.
Saran
BAB
4
BORE
GAUGE
A.
Tujuan
Praktikum
1. Mahasiswa
mampu menjelaskan konstruksi alat ukur bore gauge
2. Mahasiswa
mampu membaca skala alat ukur bore gauge
3. Mahasiswa
mampu menggunakan alat ukur bore gauge
4. Mahasiswa
mampu memelihara alat ukur bore gauge
B.
Landasan
Teori
A. Fungsi
Cylinder
bore gage merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter silinder.
B. Konstruksi
Dalam
satu set, terdapat bermacam-macam ukuran replacement rod dengan panjang
tertentu. Disamping itu juga terdapat replacement washer yang tebalnya mulai
dari 1 – 3 mm. Replacement securing thread adalah semacam mur pengikat yang
fungsinya untuk mengunci agar replacement rod dan washernya tidak lepas pada
saat bore gauge digunakan.
Konstruksi silinder
bore gauge ditunjukan pada gambar dibawah.
C. Teknik Pengukuran
Cara
I :
a) Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong, misal
diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari
hasil pengukuran tersebut, misal 76 mm.
c) Pasang replacement rod pada bore gauge.
d) Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar
seperti pada gambar di bawah dan usahakan jarudial gauge tidak bergerak, misal
diperoleh hasil pengu-kuran = 76,20 mm.
Gambar . Pengukuran panjang
replacement rod
e)
Masukkan
replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gauge ke
kanan dan ke kiri seperti pada gambar dibawah diperoleh penyimpangan terbesar
(posisi tegak lurus).
Gambar . Posisi bore gauge
f)
Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge,
misal diperoleh
0,13 mm.
g) Besarnya
diameter silinder adalah selisih antara hasil pengukuran panjang replacement
rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gauge. Jadi diameter silinder =
76,20 – 0,13 = 76,07 mm.
Cara
II :
a) Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong, misal
diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil
pengukuran tersebut, misal 76 mm.
c) Pasang replacement rod pada bore gauge.
d) Set mikrometer luar pada 76 mm, kemudian tempatkan
replacement rod antara anvil dan spindle mikrometer.
e) Set jarum dial gauge pada posisi nol dengan cara memutar
outer ring.
Gambar. Seting bore gauge
f) Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder),
goyangkan tangkai bore gauge ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar dibawah
diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
Gambar . Posisi bore gauge
g) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge.
Apabila
penyimpangan jarum dial gauge :
Ø Di sebelah kanan nol:
Ø
silinder = 76 – penyimpangan
Ø Di sebelah kiri nol:
Ø
silinder = 76 + penyimpangan
D. Pemeliharaan
1) Usahakan dial gauge tidak sampai terjatuh, karena
terdapat mekanisme pengubah yang sangat presisi.
2) Jangan memberi oli atau grease diantara spindle dan
tangkainya, karena akan menghambat gerakan spindle.
3) Apabila gerakan spindle tidak lancar karena oli atau
kotoran, celupkan ke dalam bensin sambil menggerakan spindle naik turun sampai
oli atau kotorannya turun.
C.
Langkah
Kerja
1. Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong, misal diperoleh
hasil pengukuran : 74,85
mm.
2. Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari
hasil pengukuran tersebut, misal 75 mm.
3. Pasang replacement rod pada bore gauge.
4. Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar
seperti pada gambar di bawah dan usahakan jarum dial gauge tidak bergerak,
misal diperoleh hasil pengukuran = 75,00 mm.
Gambar . Pengukuran panjang
replacement rod
5. Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder),
goyangkan tangkai bore gauge ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar dibawah
diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
Gambar
. Posisi bore gauge
6. Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge,
misal diperoleh
0,05 mm.
7. Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil
pengukuran panjang replacement rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore
gauge. Jadi diameter silinder = 75,00 – 0,05 = 75,05 mm.
D.
Hasil
Pengamatan
Gambar
Benda Kerja
Tabel hasil
pengukuran diameter menggunakan silinder bore gauge dalam satuan millimeter
(ketelitian 0,01 mm).
Pengukurn dengan
jangka sorong:
a.Posisi X = 74,85 mm b. Posisi Y = 74,90 mm
No
|
Bagus
|
Habib
|
Nofen
|
Fajar
|
Analisa data
|
||||
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
X
|
Y
|
||
1
|
75,08
|
75,05
|
75,05
|
75,07
|
75,04
|
75,07
|
75,06
|
75,07
|
0,04
|
2
|
75,06
|
75,06
|
75,05
|
75,06
|
75,05
|
75,05
|
75,05
|
75,05
|
0,01
|
3
|
75,07
|
75,03
|
75,03
|
75,06
|
75,03
|
75,06
|
75,03
|
75,05
|
0,04
|
E.
Simpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan
bahwa bentuk benda kerja yang diukur berbentuk cekung
F.
Saran
Perlu
dilakukan pengkloteran lagi supaya tabung dapat sempurna
BAB
5
ALAT
UKUR SUDUT
A.
Tujuan
Praktikum
1. Mampu
menjelaskan konstruksi alat ukur sudut.
2. Mampu
membaca skala alat ukur sudut.
3. Mampu
menggunakan alat ukur sudut.
4. Mampu
memelihara alat ukur sudut.
B.
Landasan
Teori
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai
dimensi ukuran dalam bentuk panjang, tetapi adakalanya mempunyai dimensi sudut.
Seperti halnya pada ukuran panjang, maka sudut pun mempunyai satuan sendiri
yaitu derajat.
Satuan sudut dalam
derajat merupakan satuan menurut sistem inchi.
Ø Satu lingkaran penuh = 360° derajat.
Ø Satu derajat = 60 menit (1 = 60’)
Ø Satu menit = 60 detik (1’ = 60“).
Untuk satuan
metrik, satuan sudut adalah radian.
Satu radian = 360°
/ 2p . Satu derajat = p / 180 rad.
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur yang dapat
langsung dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat
bantu lain dalam arti tidak dapat langsung dibaca hasil pengukurannya.
Yang termasuk alat-alat ukur sudut yaitu:
a) Siku lipat
b) Siku tetap
c) Busur baja
d) Busur bilah (Bevel protractor)
Busur Baja
Busur
baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya langsung dapat dibaca
pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari plat baja dan dibentuk setengah
lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci.
Gambar Busur Baja
Ketelitian
Busur
baja tersebut hanya mempunyai ketelitian sampai 1 derajat. Piringan skala
setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° – 180° secara bolak-balik. Satu
skala kecil besarnya sama dengan 1 derajat. Busur baja cocok digunakan untuk
mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari plat.
Penggunaan
Busur Bilah
Busur bilah (bevel protractor) merupakan pengukur sudut
universal digunakan untuk pengukuran sudut secara tepat. Hal tersebut
memungkinkan ketelitian pengukuran hingga 5 menit. Pengukur sudut dapat distel
pada sembarang tempat dengan daerah pengukuran dari nol sampai dengan 360°.
Gambar.
Busur bilah
Konstruksi
Pembagian nonius sudut dari 0° sampai 60° terdiri atas
sebuah busur sebesar 23° dan terbagi menjadi 12 bagian yang sama. Jadi 12
bagian = 23°, sehingga 1 bagian = 23°/12 = 1 55’ atau 5’ lebih kecil dari 2°.
Pembacaan
Skala
Interpolasikan harga sudut secara kira-kira, kemudian
carilah garis yang segaris (berimpit) dengan skala utama.
Perhatikan posisi garis nol nonius (garis indeks) apakah
terletak pada skala utama yang membesar ke kanan atau ke kiri. Untuk menentukan
apakah skala nonius kanan atau kiri yang akan dipakai.
Contoh
penentuan pembacaan skala nonius
Pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan
skala utama. Jadi harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala 0 dari
nonius terhadap garis skala utama. Sebagai contoh lihat gambar berikut ini.
a) Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar 54° 30’.
b) Garis nol skala nonius berada di antara 50° dan 60° dari
skala utama tepatnya antara garis ke 54° dan 55°.
c) Hal tersebut berarti penunjukan skala utama sekitar 54°
derajat lebih. Kelebihan ini dapat dibaca besarnya dengan melihat garis
skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama
d) Ternyata yang segaris adalah angka 25 dari skala nonius.
Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 30 menit (5 garis di sebelah kanan
garis 0 : 5 x 5 menit = 25 menit).
Jadi keseluruhan pembacaannya adalah 54 derajat ditambah
30 menit = 56° 30’.
C.
Langkah
Kerja
I.
Busur Baja
1. Bersihkan
busur baja dan benda yang diukur dari segala kotoran
2. Sejajarkan
busur bilah pada posisi 0o
3. Rapatkan
busur bilah dengan benda kerja
4. Catat
hasil pengukuran
II.
Busur Bilah
1. Bersihkan
permukaan baja busur bilah dan benda ukur dari kotoran. Aturlah kedudukan bilah
utama dengan memakai kunci bilah
2. Rapatkan
atau sejajarkan bidang busur bilah dengan bidang dari sudut yang diukur
3. Jika
keadaan ini tidak terpenuhi, maka kemungkinan harga yang dicapai lebih kecil
4. Untuk
pengukuran benda yang besar, kunci piringan indeks dapat dikendorkan, geserkan
busur bilah menuju permukaan yang menyudut sampai bilah utama berputar dan
berimpit dengan permukaan tersebut
5. Kunci
piringan indeks dan bacalah sudut yang didapat
6. Catat
hasil pengukuran
D.
Hasil
Pengamatan
Gambar
benda kerja
Tabel hasil pengukuran benda kerja
Pengukuran
|
Bagus
|
Habib
|
Nofen
|
Fajar
|
Hasil
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|