Kamis, 20 Juni 2013

laporan metrologi



LAPORAN METROLOGI
Laporan ini disusun guna memenuhi Mata Kuliah Metrologi Industri
Dosen Pengampu : Drs. Karsono, M.Pd.

Disusun Oleh :
1.      Bagus Budiyanto       5211312019
2.      Ahmad Habibullah   5211312021
3.      Nofen Nur Rizal        5211312025
4.      Fajar Bayu P             5211312027
TEKNIK MESIN D3
FAKULTAS TEKNIK
UNNES
2013


DAFTAR ISI

BAB 1. Pengukuran Menggunakan Micrometer
A.    Tujuan Praktikum
B.     Dasar Teori Kerja
C.     Langkah Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D.    Hasil Pengamatan
E.     Simpulan
F.      Saran
BAB 2. Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
A.    Tujuan Praktikum
B.     Dasar Teori Kerja
C.     Langkah Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D.    Hasil Pengamatan
E.     Simpulan
F.      Saran
BAB 3. Pengukuran Menggunakan Multimeter
A.    Tujuan Praktikum
B.     Dasar Teori Kerja
C.     Langkah Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D.    Hasil Pengamatan
E.     Simpulan
F.      Saran
BAB 4. Pengukuran Menggunakan Bore Gauge
A.    Tujuan Praktikum
B.     Dasar Teori Kerja
C.     Langkah Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D.    Hasil Pengamatan
E.     Simpulan
F.      Saran
BAB 5. Pengukuran Menggunakan Busur Baja dan Busur Bilah
A.    Tujuan Praktikum
B.     Dasar Teori Kerja
C.     Langkah Kerja dan Visualisasi Gambar Kerja
D.    Hasil Pengamatan
E.     Simpulan
F.      Saran


BAB 1
MICROMETER

A.  Tujuan Praktikum
1.    Mahasiswa mampu menjelaskan konstruksi alat ukur micrometer
2.    Mahasiswa mampu membaca skala alat ukur micrometer
3.    Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur micrometer
4.    Mahasiswa mampu memelihara alat ukur micrometer
B.  Alat dan Bahan
1.    Mikrometer
2.     
C.  Landasan Teori
MICROMETER (Outside Diameter Micrometer)
Micrometer adalah alat ukur yang mirip dengan vernier caliper, tetapi jika kita menggunakan vernier caliper tingkat keakuratan yang didapat adalah 0,05 mm, sedangkan dengan menggunakan micrometer kita dapat lebih akurat dan presisi dengan tingkat keakuratan 0,01 mm. Jadi micrometer ini sangat berguna untuk pekerjaan yang membutuhkan tingkat kepresisian yang sangat teliti.

APLIKASI MICROMETER.
Aplikasi micrometer (OD) dalam pengukuran sebuah part tidak selengkap vernier caliper, micro meter paling banyak hanya untuk mengukur outside diameter dan panjang atau tebal dari suatu part. 

CARA PEMBACAAN SKALA MICROMETER
Dalam sebuah micrometer terdapat dua skala, skala utama terletak pada sleeve dengan jarak skala setiap 1 stripnya adalah 1 mm, dan skala kedua terdapat thimble sebanyak 50 strip, bila diputar dari angka 0 sampai ke angka 50 (1 putaran thimble) akan bergerak sejauh 0,5 mm. Sehingga 1 strip skala thimble adalah 0,5 mm : 50 yaitu 0,01 mm. Thimble dapat berputar mengitari sleeve untuk menentukan panjang dari benda yang diukur. Pada saat thimble berputar akan mengatur jarak panjang skala yang ditunjukan oleh sleeve.
Untuk mendapatkan hasil ukur yang tepat, pembacaan skala yang tepat akan menjadi sebuah kritikal point dalam pemakaian micrometer.
cara penggunaan dari micrometer tersebut. Berikut tahapannya :
1.    Penyesuaian nol
Sebelum menggunakan mikrometer, periksa untuk memastikan bahwa ujung nol disejajarkan dengan benar.
2. Pemeriksaan
Pada mikrometer berukuran 50~75mm seperti terlihat pada gambar, letakkan pengukur standar 50mm pada pembukaan, dan biarkan racher stopper untuk bergerak secara bebas sebanyak 2 sampai 3 putaran. Kemudian, periksa bahwa garis dasar pada thimbel dan garis ujung nol pada dengan garis outer sleeve sejajar.
3. Penyetelan
·         Bila kesalahan kurang dari 0.02 mm
Kuncilah Spindle dengan lock clamp untuk mengamankan Spindle. Kemudian dengan memakai penyetel putarlah outer sleeve sampai tanda “O” thimble lurus dengan garis dengan garis outer sleeve. periksa kembali titik “O” untuk meyakinkan bahwa micrometer telah dikalibrasi dengan benar
·         Bila kesalahan lebih dari 0.02 mm
Kuncilah Spindle dengan lock clamp untuk mengamankan Spindle. Kendorkan Stopper sampai thimble bebas, Luruskan tanda nol thimble dengan garis outer sleeve dan kencangkan kembali racher stopper, periksa kembali titik “O” untuk meyakinkan bahwa micrometer telah dikalibrasi dengan benar.
Berikan landasan pada item yang akan diukur, dan putar Thimbel sampai Spindle menyentuh item dengan lembut.
Setelah Spindle menyentuh dengan lembut item yang hendak diukur, putar racher stopper beberapa kali dan baca pengukuran.
Racher Stopper menyatukan tekanan yang diberikan oleh spindle, sehingga saat tekanan ini melampaui tingkat spesifikasi, maka tekanan akan berhenti.
Contoh pembacaan skala micrometer
Skala pada Outer Sleeve (Atas) = 55,00 mm
Kenaikan / Skala pada Outer Sleeve (bawah)  = 0,5 mm
Skala Thimble = 0,45 mm
Hasil pengukuran 55+0,5+0,45 = 55,95 mm
PERHATIAN:
Mikrometer harus dipasang pada stand saat mengukur part-part kecil.
Cari posisi dimana diameter yang benar dapat diukur, dengan cara menggerakkan mikrometer.

D.  Langkah Kerja
1.      Siapkan alat ukur, benda kerja yang akan diukur, dan perlengkapan lainnya (kain lap, oli).
2.      Sebelum digunakan, bersihkan dahulu alat ukur dan benda kerja dari kotoran dengan kain yang bersih agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
3.      Lakukan kalibrasi micrometer terlebih dahulu sebelum mengukur agar mendapatkan hasil yang akurat (langkah-langkah dapat dilihat padasub bab “Outside micrometer-Pemeriksaan dan Kalibrasi micrometer).
4.      Lakukan pengukuran sesuai dengan posisi pengukuran benda kerja yang telah ditentukan.

E.  Hasil Pengamatan










Gambar benda kerja
Tabel hasil pengukuran

No
Bagus
Habib
Nofen
Fajar
Analisa data
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
1
29, 73
29,73
29,73
29, 73
29, 73
29, 73
29, 73
29, 73
0,0
2
44,98
44,99
44,95
44,95
44,95
44,97
44,98
44,95
0,04
3
60,07
60,12
60,06
60,06
60,06
60,06
60,07
60,07
0,06
4
72,85
73,03
72,86
72,86
72,84
72,84
72,84
72,85
0,03


F.   Simpulan
Dari tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa benda kurang simetris
G. Saran
Perlu dilakukan pembubutan ulang, dan harus  teliti dalam melakukan pembuatan benda kerja

BAB 2
JANGKA SORONG
A.  Tujuan Praktikum
1.    Mahasiswa mampu menjelaskan konstruksi alat ukur jangka sorong
2.    Mahasiswa mampu membaca skala alat ukur jangka sorong
3.    Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur jangka sorong
4.    Mahasiswa mampu memelihara alat ukur jangka sorong
B.  Alat dan Bahan
1.    Jangka sorong
2.     

C.  Landasan Teori
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.
Kegunaan jangka sorong adalah:
·         untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
·         untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
·         untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara "menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.
Cara Mengukur Menggunakan Jangka Sorong (Vernier Caliper) - Jangka sorong (Vernier Caliper) adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar, ditinjau dari cara pembacaannya vernier caliper dapat di bagi dua, yaitu vernier caliper manual, dan digital. Pengukuran menggunakan vernier caliper manual lebih sulit bila dibandingkan dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memiliki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter)Vernier manual masih bisa dibeli dan tetap populer karena jauh lebih murah daripada versi digital. Juga, versi digital membutuhkan baterai kecil sedangkan versi manual tidak membutuhkan sumber listrik.
Bagian utama vernier caliper manual
Nama Bagian Dan Fungsi Jangka Sorong (Vernier Caliper)
1.      Internal jaws (rahang dalam) adalah : bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi bagian dalam.
2.      External Jaws (rahang luar) adalah : bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi luar.
3.      Locking Screw (baut pengunci) : bagian yang berfungsi untuk pengunci rahang.
4.      Imperial Scale adalah : Skala dalam satuan inci.
5.      Metric Scale adalah : Skala dalam satuan milimeter.
6.      Depth Measuring Blade adalah : Batang pengukur kedalaman.
Menentukan Ketelitian Jangka Sorong Manual
A. Jangka Sorong dengan Ketelitian o,o2 mm
Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,02
·                     Pada gambar di atas terbaca 49 Skala Utama = 50 Skala Nonius
·                     Besarnya 1 skala nonius = 1/50 x 49 Skala Utama = 0,98 Skala Utama
·                     Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 1 – 0,98 = 0,02 mm
·                     Atau Ketelitian jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/50 = 0,02 mm
B. Jangka Sorong dengan Ketelitian o,o5 mm
Jangka Sorong dengan Ketelitian 0,05
1.      Dari gambar di atas 39 Skala Utama = 20 Skala Nonius
2.      Jadi besarnya 1 skala nonius = 1/20 x 39 Skala Utama =  1,95 Skala Utama
3.      Maka Ketelitian dari jangka sorong tersebut adalah = 2 – 1,95 = 0,05 mm
4.      Atau Ketelitian  jangka sorong itu adalah 1 bagian Skala utama dibagi jumlah skala nonius = 1/20 = 0,05 mm
Cara Menghitung Dan Membaca Jangka Sorong
1.      Lihat dimana letak divisi 0 (nol) skala nonius pada divisi skala utama, pada gambar di atas divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 13 mm dengan 14 mm, maka pembacaannya adalah 13 mm.
2.      Lihat dimana letak divisi skala nonius yang segaris dengan divisi skala utama, pada gambar di atas adalah divisi 21 skala nonius segaris dengan divisi skala utama..
3.      Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 13 + 21 x 0,02 (ketelitian dari jangka sorong) = 13,42 mm.

1.                  Divisi 0 skala nonius terletak antara divisi 19 mm dengan 20 mm, maka pembacaannya adalah 19 mm.
2.                  Divisi 32 skala nonius segaris dengan divisi skala utama.
3.                  Maka pembacaan hasil pengukurannya adalah 19 + 32 x 0,02 = 19,64 mm

D.  Langkah Kerja
a.    Mengukur diameter luar
1.      Menggeser rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
2.      Meletakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang
3.      Menggeser rahang ke kiri sedemikian rupa sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang
4.      Mencatat hasil pengukuran
b.      Mengukur diameter dalam
1.      Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan
2.      Letakkan benda yang akan diukur sedimikian sehingga kedua rahang jangka sorong masuk ke dalam benda tersebut
3.      Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda yang diukur
4.      Catatlah hasil pengukuran
c.       Mengukur kedalaman
1.      Letakan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak
2.      Putar jangka sorong (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur kedalamnya
3.      Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung
4.      Catatlah hasil pengukuran
E.  Hasil Pengamatan














Gambar benda kerja
Tabel hasil pengukuran

No
Bagus
Habib
Nofen
Fajar
Analisa data
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
1
14,30
14,40
14,35
14,40
14,30
14,40
14,35
14,40
0,10
2
19,00
19,02
19,00
19,04
19,03
19,04
19,00
19,03
0,04
3
36,65
36,70
36,65
36,75
36,65
36,70
36,65
36,75
0,05
4
24,75
24,80
24,75
24,78
24,74
24,80
24,75
24,80
0,06
F.   Simpulan
Dari tabel tersebut dapat dinyatakan bahwa benda kurang simetris
G. Saran
Perlu dilakukan pembubutan ulang, dan harus  teliti dalam melakukan pembuatan benda kerja
BAB 3
MULTIMETER
A.    Tujuan Praktikum
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan konstruksi alat ukur multimeter
2.      Mahasiswa mampu membaca skala alat ukur multimeter
3.      Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur multimeter
4.      Mahasiswa mampu memelihara alat ukur multimeter
B.     Alat dan Bahan
1. Multimeter
2. Baterai
3. Bolam
4. Kabel
C.    Landasan Teori
Multitester adalah alat untuk mengetes kelistrikan. Multitester merupakan gabungan dari Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter. Fungsi multitester adalah untuk mengukur kuat arus (V), tegangan (I), dan hambatan (Ω). Mutitester juga dapat digunakan untuk memeriksa hubungan kelistrikan dari suatu komponen.
Konstruksi
  1. Skala (scale) adalah garis yang mempunyai satuan ukur yaitu : scala W, DCV/ACV dan DCA yang berfungsi sebagai skala pembacaan meter.
  2. Jarum penunjuk meter (Pointer), berfungsi sebagai penunjuk besaran yang diukur.
  3. Pointer calibration screw/Zero posision adjuster screw (sekrup pengatur kedudukan jarum penunjuk) adalah baut kalibrasi voltmeter dan amperemeter yang berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum penunjuk dengan cara memutar sekrupnya ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
  4. Æ W Adjuster knob / ohm calibration knob / zero ohm adjust knob adalah tombol kalibrasi ohmmeter yang berfungsi untuk mengatur jarum penunjuk pada posisi nol.
5.      Range Selector (saklar pemilih), berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan batas ukurannya. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi pengukuran, yaitu :
a)      Posisi W (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri dari tiga batas ukur : x 1; x 10; dan KW.
b)      Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
c)      Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC yang terdiri dari lima batas ukur : 10; 50; 250; 500; dan 1000.
d)     Posisi DCmA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai mili amperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur : 0,25; 25; dan 500.
e)      Tetapi ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu dengan yang lain batas ukurannya belum tentu sama.
6.      Positive terminal DCA adalah terminal positif untuk pengukuran DC amper.
7.      Test lead adalah tangkai kabel pengujian yang mempunyai warna merah untuk terminal (+) dan hitam untuk terminal (-).
8.      Lubang kutub + (V A W Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub (+) yang berwarna merah.
9.      Lubang kutub – (Common Terminal), berfungsi sebagai tempat masuknya test lead kutub (-) yang berwarna hitam.
Kaibrasi
1. Menyetel tanda nol (0) skala pengukuran ampere (A) dan volt (V)
a. Selektor diposisikan pada range ACV, DCV, ataupun CmA.
b. Sebelum multitester digunakan untuk mengukur arus (A) dan tegangan (V) pastikan jarum petunjuk ada dibagian garis ujung sebelah kiri pada skala.
c. Apabila tidak, putarkan skrup penyetel jarum penunjuk dengan sebuah obeng sampai jarum penunjuk tersebut berada tepat pada garis ujung sebelah kiri.
Gambar . Penyetelan nol skala A dan V
2)  Menyetel tanda nol (0) pada skala Ohm (Ω)
a)  Saklar pemilih (selektor) diputar pada posisi Ohm (Ω).
b) Test lead warna merah (+) dihubungkan ke test lead warna hitam (–)
a)    Tombol pengatur kedudukan “0” Ω diputar ke kiri atau ke kanan sehingga menunjuk pada kedudukan “0” Ω.
Gambar. Penyetelan nol (“0”) skala Ω

Penggunaan multimeter
1)  Pengukuran tahanan (Ω)
Penggunaan multitester dalam mengukur tahanan listrik berfungsi untuk mengetahui nilai tahanan, kontinuitas rangkaian, rangkaian terbuka atau putus, hubungan jelek, dan hubungan singkat.
Cara penggunaan:
a)      Hidupkan multitester dengan memutar selector keposisi range X1Ω.
Gambar . Range selektor X1
b)      Lakukan kalibrasi dengan menghubungkan kedua kabel ukur dan memutar tombol kalibrasi.
c)      Pastikan komponen/rangkaian listrik yang akan diukur sudah tidak terdapat aliran arus listrik dan konektor ke rangkaian lain telah dilepas.
d)     Pilih batas ukur yang sesuai, untuk pemeriksaan hubungan kabel dan kontinuitas atur pada skala à X1Ώ. Batas ukur pengukuran tahanan listrik menggunakan multitester dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Batas ukur pengukuran tahanan (Ω)
Range
Tingkat tahanan yang dapat diukur (Ω)
X1
0 ~ 1K
X10
0 ~ 10 K
X100
0 ~ 100K
X1 K
0 ~ tak terhingga
Keterangan: nilai K = 1000
e)      Ulangi kalibrasi setiap mengubah selektor.
f)       Lakukan pengukuran dengan hubungan paralel.
g)      Baca hasil pengukuran dengan rumus = Nilai skala garis X bilangan selektor
Ketentuan pembacaan hasil pengukuran:
Ø  Baca nilai yang ditunjukan jarum langsung apabila pada range X1
Ø  Kalikan hasil penunjukan jarum dengan 10 bila padarange X10
Ø  Kalikan hasil penunjukan jarum dengan 100 bila pada range X100
Ø  Kalikan hasil penunjukan jarum dengan 1000 bila pada range X1K
2)  Pengukuran tegangan (V)
I.  Cara pengukuran tegangan DC adalah sebagai berikut:
a)      Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
b)      Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC) dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
c)      Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan listrik yang akan diukur. Batas ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Batas ukur multimeter skala volt (V)
Range
Voltage yang dapat diukur (V)
2.5
0 ~ 2.5
10
2.5 ~ 10
25
10 ~ 25
50
25 ~ 50
500
50 ~ 500
d)     Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
e)      Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk adalah hubungan paralel.
Gambar. Hubungan paralel pengukuran tegangan
f)       Baca hasil pengukuran tegangan pada skala DC
Ketentuan pembacaan skala pengukuran adalah sebagai berikut:
Ø  50 : nilainya (value) dibaca bila selektor disetel pada 50, hasilnya dikalikan 10 bila selektor disetel pada 500.
Ø  25 : nilainya (value) dibaca bila selektor disetel pada 25, hasilnya dibagi 10 bila selektor disetel pada 2,5.
Ø  10 : nilainya dibaca sesuai dengan penunjukan bila selektor disetel pada 10
Gambar . Ketentuan pembacaan skala DC
I.  Cara pengukuran tegangan AC adalah sebagai berikut:
a)      Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
b)      Posisikan selektor pada salah satu daerah ACV (VAC) dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
c)      Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan listrik yang akan diukur. Batas ukur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Batas ukur multimeter skala volt (V)
Range
Voltage yang dapat diukur (V)
10
0 ~ 10
25
10 ~ 25
250
25 ~ 250
1000
250 ~ 100
Range
Voltage yang dapat diukur (V)

d)     Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
e)      Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk adalah hubungan paralel.
Gambar. Hubungan paralel pengukuran tegangan AC
f)       Baca hasil pengukuran tegangan pada skala AC
Ketentuan pembacaan skala pengukuran adalah sebagai berikut:
Ø  25 : nilainya dibaca apabila selektor disetel pada 25, hasilnya dikalikan 10 apabila selektor disetel pada 250.
Ø  10 : nilainya dibaca apabila selektor disetel pada 10,hasilnya dikalikan 100 apabila selektor disetel pada 1000.
Gambar . Ketentuan pembacaan skala AC

D.    Langkah Kerja
1)      Pengukuran tahanan (Ω)
3.      Hidupkan multitester dengan memutar selector keposisi range X1Ω.
Gambar . Range selektor X1
4.      Lakukan kalibrasi dengan menghubungkan kedua kabel ukur dan memutar tombol kalibrasi.
5.      Pastikan komponen/rangkaian listrik yang akan diukur sudah tidak terdapat aliran arus listrik dan konektor ke rangkaian lain telah dilepas.
6.      Pilih batas ukur yang sesuai, untuk pemeriksaan hubungan kabel dan kontinuitas atur pada skala à X1Ώ.
2)       Pengukuran tegangan (V)
I.  Cara pengukuran tegangan DC adalah sebagai berikut:
1.      Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
2.      Posisikan selektor pada salah satu daerah DCV (VDC) dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
3.      Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan listrik yang akan diukur.
4.      Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
5.      Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk adalah hubungan paralel.
Gambar. Hubungan paralel pengukuran tegangan
6.      Baca hasil pengukuran tegangan pada skala DC
II.Cara pengukuran tegangan AC adalah sebagai berikut:
1.      Hubungkan kabel pengetesan (test lead) warna merah ke terminal positif dan kabel pengetes warna hitam ke terminal negatif tester.
2.      Posisikan selektor pada salah satu daerah ACV (VAC) dengan pilihan yang sesuai dengan tegangan yang akan diukur.
3.      Pilih batas ukur yang sesuai, yaitu di atas tegangan listrik yang akan diukur.
4.      Pastikan jarum menunjuk angka nol sebelum digunakan dan kalibrasikan, jika perlu dengan memutar pointer calibration screw.
5.      Lakukan pengukuran dengan menghubungkan ujung kabel pengetes warna merah dengan terminal positif sumber arus dan ujung kebel pengetes warna hitam ke terminal negatif sumber arus. Hubungan yang terbentuk adalah hubungan paralel.
Gambar. Hubungan paralel pengukuran tegangan AC
6.      Baca hasil pengukuran tegangan pada skala AC.
E.     Hasil Pengamatan









Gambar benda kerja
Tabel hasil pengamatan
Nama
Kontinuitas
Tegangan (v)
Arus (mA)
Tahanan (Ω)
Analisa
Bagus
Tersambung
1,5
190
7

Habib
Tersambung
1,5
190
7

Nofen
Tersambung
1,5
190
7

Fajar
Tersambung
1,5
190
7


F.   Simpulan

G. Saran
BAB 4
BORE GAUGE
A.  Tujuan Praktikum
1.    Mahasiswa mampu menjelaskan konstruksi alat ukur bore gauge
2.    Mahasiswa mampu membaca skala alat ukur bore gauge
3.    Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur bore gauge
4.    Mahasiswa mampu memelihara alat ukur bore gauge
B.  Landasan Teori
A. Fungsi
Cylinder bore gage merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter silinder. B.  Konstruksi
Dalam satu set, terdapat bermacam-macam ukuran replacement rod dengan panjang tertentu. Disamping itu juga terdapat replacement washer yang tebalnya mulai dari 1 – 3 mm. Replacement securing thread adalah semacam mur pengikat yang fungsinya untuk mengunci agar replacement rod dan washernya tidak lepas pada saat bore gauge digunakan.
Konstruksi silinder bore gauge ditunjukan pada gambar dibawah.
C.  Teknik Pengukuran
Cara I :
a)      Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong, misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b)      Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut, misal 76 mm.
c)      Pasang replacement rod pada bore gauge.
d)     Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar seperti pada gambar di bawah dan usahakan jarudial gauge tidak bergerak, misal diperoleh hasil pengu-kuran = 76,20 mm.
Gambar . Pengukuran panjang replacement rod
e)      Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gauge ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar dibawah diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
Gambar . Posisi bore gauge
f) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge, misal     diperoleh 0,13 mm.
g)  Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil pengukuran panjang replacement rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gauge. Jadi diameter silinder = 76,20 – 0,13 = 76,07 mm.
Cara II :
a)      Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong, misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
b)      Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut, misal 76 mm.
c)      Pasang replacement rod pada bore gauge.
d)     Set mikrometer luar pada 76 mm, kemudian tempatkan replacement rod antara anvil dan spindle mikrometer.
e)      Set jarum dial gauge pada posisi nol dengan cara memutar outer ring.
Gambar.  Seting bore gauge
f)       Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gauge ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar dibawah diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
   
Gambar .  Posisi bore gauge

g)      Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge.

Apabila penyimpangan jarum dial gauge :
Ø  Di sebelah kanan nol:
Ø silinder = 76 – penyimpangan
Ø  Di sebelah kiri nol:
Ø silinder = 76 + penyimpangan
D.  Pemeliharaan
1)      Usahakan dial gauge tidak sampai terjatuh, karena terdapat mekanisme pengubah yang sangat presisi.
2)      Jangan memberi oli atau grease diantara spindle dan tangkainya, karena akan menghambat gerakan spindle.
3)      Apabila gerakan spindle tidak lancar karena oli atau kotoran, celupkan ke dalam bensin sambil menggerakan spindle naik turun sampai oli atau kotorannya turun.

C.  Langkah Kerja
1.      Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong, misal diperoleh hasil pengukuran : 74,85 mm.
2.      Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut, misal 75 mm.
3.      Pasang replacement rod pada bore gauge.
4.      Ukur panjang replacement rod dengan mikrometer luar seperti pada gambar di bawah dan usahakan jarum dial gauge tidak bergerak, misal diperoleh hasil pengukuran = 75,00 mm.
Gambar . Pengukuran panjang replacement rod
5.      Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gauge ke kanan dan ke kiri seperti pada gambar dibawah diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus).
 Gambar . Posisi bore gauge
6.      Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gauge, misal     diperoleh 0,05 mm.
7.      Besarnya diameter silinder adalah selisih antara hasil pengukuran panjang replacement rod dengan besarnya penyimpangan jarum bore gauge. Jadi diameter silinder = 75,00 – 0,05 = 75,05 mm.

D.  Hasil Pengamatan
Gambar Benda Kerja
Tabel hasil pengukuran diameter menggunakan silinder bore gauge dalam satuan millimeter (ketelitian 0,01 mm).
Pengukurn dengan jangka sorong:
a.Posisi X = 74,85 mm            b. Posisi Y = 74,90 mm

No
Bagus
Habib
Nofen
Fajar
Analisa data
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
1
75,08
75,05
75,05
75,07
75,04
75,07
75,06
75,07
0,04
2
75,06
75,06
75,05
75,06
75,05
75,05
75,05
75,05
0,01
3
75,07
75,03
75,03
75,06
75,03
75,06
75,03
75,05
0,04

E. Simpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk benda kerja yang diukur berbentuk cekung
F.  Saran
Perlu dilakukan pengkloteran lagi supaya tabung dapat sempurna


BAB 5
ALAT UKUR SUDUT

A.  Tujuan Praktikum
1.    Mampu menjelaskan konstruksi alat ukur sudut.
2.    Mampu membaca skala alat ukur sudut.
3.    Mampu menggunakan alat ukur sudut.
4.    Mampu memelihara alat ukur sudut.

B.  Landasan Teori
Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang, tetapi adakalanya mempunyai dimensi sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang, maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat.
Satuan sudut dalam derajat merupakan satuan menurut sistem inchi.
Ø Satu lingkaran penuh = 360° derajat.
Ø Satu derajat = 60 menit (1 = 60’)
Ø Satu menit = 60 detik (1’ = 60“).
Untuk satuan metrik, satuan sudut adalah radian.
Satu radian = 360° / 2p . Satu derajat = p / 180 rad.
Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur yang dapat langsung dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak dapat langsung dibaca hasil pengukurannya.
Yang termasuk alat-alat ukur sudut yaitu:
a)    Siku lipat
b)    Siku tetap
c)    Busur baja
d)   Busur bilah (Bevel protractor)
Busur Baja
Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya langsung dapat dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari plat baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci.
Gambar Busur Baja
Ketelitian
Busur baja tersebut hanya mempunyai ketelitian sampai 1 derajat. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0° – 180° secara bolak-balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1 derajat. Busur baja cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari plat.
Penggunaan
Busur Bilah
Busur bilah (bevel protractor) merupakan pengukur sudut universal digunakan untuk pengukuran sudut secara tepat. Hal tersebut memungkinkan ketelitian pengukuran hingga 5 menit. Pengukur sudut dapat distel pada sembarang tempat dengan daerah pengukuran dari nol sampai dengan 360°.







Gambar. Busur bilah
Konstruksi
 
Pembagian nonius sudut dari 0° sampai 60° terdiri atas sebuah busur sebesar 23° dan terbagi menjadi 12 bagian yang sama. Jadi 12 bagian = 23°, sehingga 1 bagian = 23°/12 = 1 55’ atau 5’ lebih kecil dari 2°.



Pembacaan Skala
Interpolasikan harga sudut secara kira-kira, kemudian carilah garis yang segaris (berimpit) dengan skala utama.
Perhatikan posisi garis nol nonius (garis indeks) apakah terletak pada skala utama yang membesar ke kanan atau ke kiri. Untuk menentukan apakah skala nonius kanan atau kiri yang akan dipakai.

Contoh penentuan pembacaan skala nonius
Pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala 0 dari nonius terhadap garis skala utama. Sebagai contoh lihat gambar berikut ini.
a)      Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar 54° 30’.
b)      Garis nol skala nonius berada di antara 50° dan 60° dari skala utama tepatnya antara garis ke 54° dan 55°.
c)      Hal tersebut berarti penunjukan skala utama sekitar 54° derajat lebih. Kelebihan ini dapat dibaca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama
d)     Ternyata yang segaris adalah angka 25 dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 30 menit (5 garis di sebelah kanan garis 0 : 5 x 5 menit = 25 menit).
Jadi keseluruhan pembacaannya adalah 54 derajat ditambah 30 menit = 56° 30’.
C.  Langkah Kerja
       I.            Busur Baja
1.      Bersihkan busur baja dan benda yang diukur dari segala kotoran
2.      Sejajarkan busur bilah pada posisi 0o
3.      Rapatkan busur bilah dengan benda kerja
4.      Catat hasil pengukuran
    II.            Busur Bilah
1.      Bersihkan permukaan baja busur bilah dan benda ukur dari kotoran. Aturlah kedudukan bilah utama dengan memakai kunci bilah
2.      Rapatkan atau sejajarkan bidang busur bilah dengan bidang dari sudut yang diukur
3.      Jika keadaan ini tidak terpenuhi, maka kemungkinan harga yang dicapai lebih kecil
4.      Untuk pengukuran benda yang besar, kunci piringan indeks dapat dikendorkan, geserkan busur bilah menuju permukaan yang menyudut sampai bilah utama berputar dan berimpit dengan permukaan tersebut
5.      Kunci piringan indeks dan bacalah sudut yang didapat
6.      Catat hasil pengukuran
D.  Hasil Pengamatan
Gambar benda kerja
Tabel hasil pengukuran benda kerja
Pengukuran
Bagus
Habib
Nofen
Fajar
Hasil











































0 komentar:

Posting Komentar